Total Pageviews

Tuesday, September 11, 2018

Domain Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat paling sering dilihat dalam literatur sebagai Model Kontinum yang terdiri dari rangkaian 5 poin unsur-unsur berikut :
  1. tindakan pribadi;
  2. pengembangan kelompok-kelompok kecil;
  3. organisasi kemasyarakatan;
  4. kemitraan; dan
  5. aksi sosial dan politik

(Jackson et al ; Labonte, dalam Laverack, (2005)).

Labonte (dalam Laverack 2005) mengklaim bahwa kontinum ini pertama kali dikembangkan di Australia dalam lokakarya dengan petugas layanan kesehatan dan sosial pada tahun 1988. Labonte kemudian menerbitkan versi kontinum untuk pemberdayaan masyarakat yang diikuti oleh Jackson dkk pada tahun 1989 yang menerbitkan versi mereka untuk pengembangan komunitas menggunakan rangkaian 5 poin serupa. Rissel (dalam Laverack 2005) kemudian mengadaptasi dua interpretasi kontinum ini untuk menjelaskan bagaimana pemberdayaan psikologis terkait dengan proses pemberdayaan masyarakat. Ketiga penulis ini menggunakan terminologi yang sedikit berbeda yang pada dasarnya memegang makna yang sama dan mewakili desain konseptual yang sama: potensi orang untuk berkembang dari individu ke tindakan kolektif sepanjang sebuah rangkaian. 
Perkembangan organisasi masyarakat berdasarkan model kontinum sangat penting untuk memungkinkan kelompok kecil melakukan transisi ke jaringan aliansi yang lebih luas. Melalui kemitraan inilah organisasi dapat memperoleh dukungan dan sumber daya yang lebih besar untuk mencapai hasil yang menguntungkan bagi kepentingan khusus mereka. Tantangan utama bagi kesehatan masyarakat adalah bagaimana Praktisi dan lembaga yang mereka wakili menyusun program pemberdayaan mereka di sepanjang kontinum tersebut. (Laverack 2005)
Ada keterbatasan konsep kontinum pemberdayaan masyarakat. Kelompok dan organisasi yang muncul dalam proses pemberdayaan masyarakat memiliki dinamika tersendiri. Mereka dapat berkembang untuk sementara waktu, lalu memudar karena alasan yang banyak berkaitan dengan perubahan pada masyarakat karena kurangnya dukungan politik atau keuangan yang lebih luas (Laverack 2005).
Laverack (2005) menawarkan pendekatan 'domain' untuk memberikan cara pengembangan strategi yang sedikit berbeda, dan lebih presisi, sementara pada saat bersamaan berkembang sepanjang kontinum. Penelitian Laverack dilakukan untuk mengidentifikasi pemberdayaan 'domain' dengan menggunakan:
a.       review dari literatur yang relevan;
b.      pemetaan konsep yang melibatkan analisis tekstual terhadap studi kasus; dan
c.       kesepakatan antar pengamat tentang pemilihan pemberdayaan domain.

Sebagai hasil dari kajian, Laverack (2001, 2004) mengidentifikasi sembilan 'domain' pemberdayaan masyarakat antara lain :
  1. Community Participation
  2. Problem Assessment Capacities
  3. Local Leadership
  4. Organisational Structures
  5. Resource Mobilisation
  6. Links to other organisations and people
  7. Ability to “ask why” (critical awareness)
  8. Community control over programme management
  9. An equitable relationship with outside agents
9 domain tersebut bisa juga dijadikan indikator pemberdayaan masyarakat. Dengan mengevaluasi 9 domain tersebut, kita dapat menilai apakah sebuah program merupakan program memenuhi prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat ataukah tidak. 


Secara ringkas, kesembilan domain tersebut dijelaskan pada tabel 1.

Tabel 1  The empowerment domains (Laverack and Labonte dalam Laverack 2005)
NO
DOMAIN
DESKRIPSI
1
Participation
Hanya dengan berpartisipasi dalam kelompok kecil atau organisasi yang lebih besar, anggota masyarakat dapat bertindak berdasarkan isu-isu yang menjadi perhatian umum masyarakat luas
2
Local Leadership
Partisipasi dan kepemimpinan sangat erat kaitannya. Kepemimpinan membutuhkan basis peserta yang kuat begitu juga partisipasi membutuhkan arahan dan struktur kepemimpinan yang kuat.
3
Organisational Structures
Struktur organisasi dalam sebuah komunitas mewakili cara-cara di mana orang berkumpul untuk bersosialisasi dan untuk menyelesaikan kepentingan dan masalah mereka.
4
Problem Assessment
Identifikasi masalah, solusi terhadap masalah dan tindakan untuk menyelesaikan masalah dilakukan oleh masyarakat.
5
Resource Mobilisation
Kemampuan masyarakat untuk memobilisasi sumber daya baik dari dalam maupun kemampuan untuk menegosiasikan sumber daya dari luar dirinya sendiri merupakan faktor penting dalam kemampuannya mencapai keberhasilan dalam upayanya.
6
Asking Why
Kemampuan masyarakat untuk menilai secara kritis penyebab ketidaksetaraannya
7
Links to other
Hubungan dengan orang dan organisasi, termasuk kemitraan, koalisi dan aliansi sukarela antara masyarakat dan orang lain, dapat membantu masyarakat dalam menangani permasalahannya.
8
Role of the outside agents
Peran agen luar untuk mentransformasi kemampuan kepada masyarakat sasaran sehingga mampu mengendalikan program.
9
Programme management
Manajemen program yang dapat memberdayakan masyarakat mencakup kontrol oleh pemangku kepentingan utama mengenai keputusan mengenai perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, keuangan, pelaporan dan resolusi konflik



Laverack (2005)  mencoba menggambarkan (gambar 1) urutan interaksi antara pendekatan domain dan model kontinum. Tujuannya adalah untuk memberi pemahaman yang lebih baik kepada para Praktisi tentang bagaimana mereka dapat memperkuat proses pemberdayaan masyarakat dan menawarkan sejumlah saran praktis untuk penerapannya dalam konteks program.


Gambar 1 Combining the empowerment continuum and empowerment ‘domains’ (Laverack, 2005)

Pendekatan Domain oleh Laverack akan semakin mudah dipahami dengan deskripsi masing-masing domain di sepanjang model kontinum sebagai berikut :

1.    Empowering individuals for action
Titik Kontinum 1 dan Domain Pemberdayaan no 1 : Participation
Tindakan pribadi untuk memperbaiki kesehatan dapat dimulai saat individu merasa tidak berdaya menghadapi suatu situasi, merasakan keinginan untuk memperbaiki, apa yang mereka anggap sebagai, situasi yang tidak adil atau ingin bertindak sesuai dengan pengalaman emosional dalam kehidupan mereka (Laverack 2005). Kieffer (dalam Laverack 2005) memberikan contoh bagaimana ini terjadi pada satu wanita yang menjadi aktif dalam masyarakat kecil mendukung kelompok untuk keamanan lingkungan setelah mendapat serangan dalam perjalanan pulang.
Hanya dengan berpartisipasi dalam kelompok kecil atau organisasi yang lebih besar, anggota masyarakat dapat bertindak berdasarkan isu-isu yang menjadi perhatian umum masyarakat luas. Dengan demikian peran Praktisi/Fasilitator adalah mendorong individu untuk berpartisipasi aktif dalam aktivitas kelompok dalam menyelesaikan bersama (Laverack 2005).
Laverack (1999) merumuskan Karakteristik Partisipasi dalam Pemberdayaan Orang Lain (For Personal Action) antara lain :
  1. Partisipan yang kuat melibatkan semua pemangku kepentingan, termasuk kelompok terpinggirkan, namun sensitif terhadap konteks budaya dan sosial.
  2. Partisipan menentukan kebutuhan, solusi dan tindakan mereka sendiri.
  3. Partisipan terlibat dalam mekanisme pengambilan keputusan pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
  4. Partisipan didorong untuk memperluas isu penyebab ketidakberdayaan dan menjadi kritis terhadap diri sendiri.
  5. Adanya mekanisme yang memungkinkan arus informasi yang bebas antara partisipan yang berbeda melalui komunikasi yang efektif.
  6. Perwakilan ditunjuk oleh anggota dari semua kelompok.
  7. Praktisi membina hubungan yang memberdayakan antara profesional-klien.


2.    Empowering groups
Titik Kontinum 2 dan domain pemberdayaan Problem Assessment
Keterlibatan dan pengembangan kelompok-kelompok kecil yang saling terkait individu adalah awal dari tindakan kolektif (Laverack 2005). Andrew Jones dan Glenn Laverack (dalam Laverack 2005) mengidentifikasi sejumlah karakteristik kelompok 'minat' kecil dan fungsional antara lain :
  1. Memiliki keanggotaan perwakilan terpilih;
  2. Mayoritas anggotanya bertemu secara teratur;
  3. Memiliki struktur keanggotaan yang disepakati (ketua, sekretaris, anggota inti, dll);
  4. Semua anggota berpartisipasi aktif dalam pertemuan;
  5. Kelompok tersebut bertemu dengan praktisi untuk membahas masalah secara reguler;
  6. Menyimpan catatan pertemuan sebelumnya;
  7. Menyimpan rekening keuangan;
  8. Mampu mengidentifikasi dan menyelesaikan konflik dengan cepat; dan
  9. Mampu mengidentifikasi 'masalah' dan sumber daya yang tersedia bagi ' kelompok kepentingan'.

 Keterampilan penilaian masalah diperlukan bagi kelompok kecil untuk dapat mengidentifikasi masalah umum anggotanya, solusi terhadap masalah dan tindakan untuk menyelesaikan masalah. Bila keterampilan ini tidak ada atau lemah, peran Praktisi akan membantu masyarakat untuk melakukan penilaian terhadap masalah dan permasalahannya sendiri (Laverack 2005). Sejumlah metode partisipatif telah dikembangkan seperti :
  • Participatory Rural Appraisal (Marsden et al., 1994)
  • Three Pile Sorting Cards and Open-Ended Problem Drama (Srinivasan, 1993)
  • Pocket Charts (Wood et al, 1998)
  • Community Stories (Ronald Labonte, 1998) dan lain sebagainya.

Kegagalan Fasilitator dalam membantu masyarakat menemukan masalah akan berakibat pada kegagalan program pemberdayaan masyarakat.  Kegagalan program dapat dipelajari dari pengalaman program kesehatan masyarakat di Srilanka. Lembaga donor mengadakan sejumlah pertemuan dengan anggota masyarakat untuk membahas masalah kesehatan mereka. Ketika ditanya apa penyebab utama kesehatan yang buruk di masyarakat mereka, orang-orang menanggapi dengan mengatakan bahwa itu karena 'roh-roh' datang dari pemakaman. Para agen mengakui hal ini namun telah menetapkan agenda mereka sendiri untuk membangun sumur dan jamban di masyarakat mereka mengabaikan masalah ini dan melanjutkan proyek air dan sanitasi. Komunitas berpartisipasi dalam proyek ini dengan menyediakan tenaga sukarela untuk menggali sumur dan jamban dan mempekerjakan tukang batu setempat untuk menyelesaikan pekerjaan batu. Agen luar menyediakan dana untuk membeli bahan bangunan. Hasilnya adalah bahwa masyarakat melihat sumur dan jamban sebagai bagian dari proyek pemerintah dan sebagian besar tidak pernah digunakan dan akibatnya terjerumus. Dua tahun setelah proyek dimulai masyarakat terus menyalahkan kesehatan mereka yang buruk pada 'roh' (Laverack, 1999).
Pelajaran penting bagi Praktisi adalah mereka harus siap untuk mendengarkan apa yang diinginkan oleh anggota kelompok, mereka mungkin tidak menyukai apa yang mereka dengar, namun mereka harus berkomitmen untuk terus melangkah maju dan membangun isu-isu tersebut (dalam Laverack 2005).


3.    Empowering groups for the development of community organisations
Titik Kontinum 3 and Domain Pemberdayaan : Organisational structures, Resource mobilisation and leadership skills

Organisational Structures
Struktur Organisasi dalam sebuah masyarakat, mempresentasikan cara bersosialisasi dan bagaimana mereka mengatasi masalah. Organisasi masyarakat tidak hanya lebih besar dari kelompok kecil mereka juga memiliki struktur yang mapan, kepemimpinan yang lebih fungsional , kemampuan untuk mengatur anggotanya dengan lebih baik untuk memobilisasi sumber daya dan untuk mendapatkan keterampilan yang diperlukan untuk memungkinkan kelompok kecil melakukan transisi ke kemitraan dan aliansi.  Keterampilan ini meliputi perencanaan dan pengembangan strategi, pengelolaan waktu, membangun tim, jaringan, negosiasi, penggalangan dana , pemasaran, pengelolaan publisitas dan penulisan proposal (Laverack, 2005).

Tugas Fasilitator antara lain : 
  1. Menstimulasi dialog untuk berbagi ide dan pengalaman untuk mengarah pada pemikiran kritis tentang identifikasi penyebab sebenarnya dari ketidakberdayaan mereka.
  2. Memberikan jawaban atas pertanyaan klien (edukasi) dan memberikan sumber informasi  pendukung yang dapat mereka akses.
  3. Mendorong klien untuk mengembangkan strategi tindakan untuk menyelesaikan masalah yang sudah mereka identifikasi menuju kontrol yang lebih besar.
(Laverack 2005)

Community Control over Programme Management
Organisasi masyarakat tidak hanya lebih besar dari kelompok kecil mereka juga memiliki struktur yang mapan, kepemimpinan yang lebih fungsional , kemampuan untuk mengatur anggotanya dengan lebih baik untuk memobilisasi sumber daya dan untuk mendapatkan keterampilan yang diperlukan untuk memungkinkan kelompok kecil melakukan transisi ke kemitraan dan aliansi.  Keterampilan ini meliputi perencanaan dan pengembangan strategi, pengelolaan waktu, membangun tim, jaringan, negosiasi, penggalangan dana , pemasaran, pengelolaan publisitas dan penulisan proposal. Peran Praktisi/Fasilitator adalah membantu mengembangkan keterampilan mereka sehingga mereka mampu mengelola program secara mandiri (Laverack, 2005).

Resources Mobilisation
Kemampuan masyarakat untuk memobilisasi sumber daya dari dalam dan menegosiasikan sumber daya dari luar merupakan indikasi tingkat keterampilan dan organisasi yang tinggi (Laverack 2005).
Organisasi masyarakat memungkinkan orang untuk maju seiring pemberdayaan melalui peningkatan kemampuan kelompok kecil untuk meningkatkan sumber daya internal dan mengakses sumber daya eksternal. Sumber daya internal adalah yang diangkat di dalam masyarakat dan mencakup tanah, makanan, uang, keterampilan orang dan pengetahuan lokal. Sumber daya eksternal adalah yang dibawa ke masyarakat oleh, misalnya, Praktisi, dan mencakup bantuan keuangan, keahlian teknis, pengetahuan dan peralatan 'baru'. Kemampuan masyarakat untuk memobilisasi sumber daya dari dalam dan untuk menegosiasikan sumber daya dari luar dirinya sendiri merupakan indikasi tingkat keterampilan dan organisasi yang tinggi. Peran Praktisi adalah mengenali potensi dan menghubungkan antara sumber daya yang tepat dengan masyarakat sasaran (Laverack, 2005).

Leadership Skill
Pengembangan organisasi masyarakat dan kepemimpinan lokal saling terkait erat (Laverack 2005). Goodman dalam (dalam Laverack 2005) menyatakan bahwa Kepemimpinan membutuhkan basis peserta yang kuat seperti halnya organisasi masyarakat memerlukan arahan dan struktur kepemimpinan yang kuat. Dimana pemimpin tampaknya memiliki visi yang terbatas mengenai tujuan mereka atau tidak memiliki strategi, peran Praktisi adalah untuk membantu mengembangkan keterampilan mereka, misalnya dalam penulisan manajemen, akuntansi dan proposal. Praktisi juga harus mempertimbangkan: siapa yang mewakili 'komunitas', bagaimana mereka dipilih, tingkat pelatihan dan keterampilan mereka saat ini dan apakah keseimbangan antara pengaruh ekonomi dan tradisional mereka di masyarakat (Laverack, 2005).
Goodman dkk . (dalam Laverack 2005), yang berpendapat bahwa pendekatan pluralistik di masyarakat, di mana ada interaksi antara pemimpin posisional  yaitu mereka yang telah terpilih atau ditunjuk dan pemimpin terkenal yaitu mereka yang secara informal melayani masyarakat, memiliki kesempatan untuk memimpin lebih baik. untuk pemberdayaan masyarakat. Jika tidak, dominasi satu pemimpin dapat mengakibatkan mereka menggunakan kekuasaan mereka-atas masyarakat, atau kelompok di dalam masyarakat, untuk memanipulasi situasi demi keuntungan mereka sendiri.


4.    Empowering community organisations to develop partnerships
Titik Kontinum 4 dan pemberdayaan domain: Link to Others

Link to Others
Agar efektif dalam mempengaruhi pengambilan keputusan kebijakan 'tingkat tinggi', organisasi masyarakat perlu terhubung dengan orang lain yang memiliki masalah serupa. Tujuan kemitraan adalah untuk memungkinkan organisasi masyarakat berkembang melampaui masalah lokal mereka sendiri dan untuk mengambil posisi yang lebih kuat mengenai isu-isu yang lebih luas melalui jaringan dan mobilisasi sumber daya (Laverack 2005).

Tujuan Partnerships menurut Laverlack, 2005 antara lain :
  1. Mempengaruhi pengambilan keputusan pada level kebijakan yang lebih tinggi;
  2. Memungkinkan organisasi masyarakat berkembang melampaui masalah lokal mereka sendiri;
  3. Mendapat posisi yang lebih kuat mengenai isu-isu yang lebih luas
  4. Mobilisasi sumber daya

Contoh Pengembangan Kemitraan dapat dipelajari dari Cluster Community di Iowa, Amerika (Korsching and Borich, 1997). Cluster Community adalah aliansi sukarela antara dua atau lebih komunitas untuk mengatasi masalah, kebutuhan dan kepentingan yang sama. Tahapan pembentukan Cluster Communities menurut Korsching dan Borich (dalam Laverack 2005) antara lain :
  1. inisiasi oleh individu atau organisasi yang bersangkutan,
  2. pembentukan pertemuan dengan kelompok lain,
  3. Pembentukan organisasi formal,
  4. pengembangan hubungan dan kemitraan lebih lanjut melalui perluasan perhatian masyarakat untuk menangani isu-isu yang lebih luas



5.    Empowering communities to take social and political action
Titik Kontinum 5

Asking Why
Praktisi/Fasilitator membantu klien mereka untuk menjadi lebih sadar secara kritis dan berperan lebih aktif dalam masalah sosial dan politik melalui aksi kolektif. Hal ini termasuk mendorong partisipasi mereka dalam kelompok masyarakat dan organisasi dan dalam pengembangan kemitraan menuju tindakan langsung seperti kampanye publisitas, demonstrasi sipil, demonstrasi publik dan tindakan hukum. Dalam konteks program, peran praktisi/fasillitator, atas permintaan masyarakat, adalah untuk membangun kapasitas, menyediakan sumber daya dan dukungan teknis kepada individu, kelompok dan organisasi. Praktisi perlu menyadari bahwa praktik kesehatan masyarakat yang memberdayakan adalah kegiatan politik (Laverack, 2005).

Role of the outside agents
Peran agen luar untuk mentransformasi kemampuan kepada masyarakat sasaran sehingga mampu mengendalikan program (Laverack 2005).
Menurut Laverlack, 2005, peran penting praktisi/fasilitator sebagai orang luar antara lain sebagai berikut :
a.       membantu masyarakat sasaran untuk meningkatkan sumber daya,
b.      mengembangkan skill dan kapasitas,
c.       memperoleh akses terhadap pembuat kebijakan dan
d.      mendukung program melalui keahlian dan kekuasaan yang dimilki




 Daftar Pustaka

Laverack, Glenn. 2005, Public Health : Power, Empowerment and Professional Practice, New York: Palgrave Macmillan

Sumber : Najiati, Sri, dkk.2005. Pemberdayaan Masyarakat di Lahan Gambut. Bogor : Wetlands International

Sumaryadi, I Nyoman. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Citra Utama

No comments:

Post a Comment