Total Pageviews

Thursday, September 13, 2018

Langkah-Langkah Menentukan Masalah Gizi Masyarakat dan Faktor Penyebabnya

Menentukan masalah gizi yang terjadi di masyarakat dan mengidentifikasi faktor penyebabnya dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

A.    Analisis Situasi
Tujuan analisis situasi adalah mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang kondisi pangan dan gizi di suatu daerah untuk menetapkan permasalahan. Dengan dilakukan analisis kita dapat memotret kondisi pangan dan gizi masyarakat yang sedang dihadapi suatu daerah serta faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi masyarakat. Analisis situasi dapat dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan atau dengan mengumpulkan data/informasi dari laporan-laporan atau publikasi yang ada.
Hal yang perlu diamati dalam Analisis Situasi adalah:
  1. Data Demografi
a.       total penduduk di wilayah kerja
b.  data penduduk rentan spt jmlh bumil, ibu melahirkan, bayi lahir,balita,anak sekolah, remaja,tenaga kerja,usia lanjut
c.       gambarkan distribusi penduduk
d.      jmlh penddk dapat dipakai sbg denumerator untuk menghitung rate at prevalensi

  1. Status Kesehatan  
Angka Morbiditas (angka kesakitan) dan Mortalitas (angka kematian)

  1. Perilaku Kesehatan :
a.       Kepercayaan (Health Believe)
b.      Gaya hidup
Gaya hidup meliputi pola konsumsi, kebiasaan olah raga, merokok, alkohol, zat adktif dan perilaku sex yg tdk aman
c.       Pola Pencarian Pengobatan
d.      Pertolongan persalinan
e.       Pemberian ASI  Eksklusif
f.       Penggunaan Garam Beryodium dan lain-lain


  1. Situasi Lingkungan Kesehatan

a.       Vektor penyakit : endemis malaria, dbd
b.      Air bersih : pam, pompa, sumur, mata air
c.       Fasilitas tempat bab: septic tank, kolam,sungai, lobang
d.      Lantai rumah : ubin, plester, kayu, bambu, tanah
e.       Sampah: industri, rumah tangga, pasar, rumah potong hewan

  1. Situasi program gizi:
Dilakukan untuk menemukan kelemahan2 yg mungkin ada dalam pelaksanaan program. Bisa menggunakan analisis secara sistem ( input, proses, out put).
Contoh out put prog gizi : Jumlah pemberian fe pd bumil, Jumlah balita yg ditimbang, Jmlh pemberian PMT dan lain-lain

  1. Persediaan pangan
Persediaaan pangan yang cukup akan menjamin konsumsi pangan yang berkualitas bagi penduduk. Keadaan pangan dapat diketahui dengan metode Food Balance Sheet (FBS) atau Neraca Bahan Makanan (NBM). Dengan FBS dapat diketahui perkiraan total produksi pangan, jumlah ekspor/impor, perubahan-perubahan dalam stok,pemakaian makanan untuk ternak, bibit,bahan baku industri pangan serta banyaknya pangan yang hilang,rusak atau tercecer.
Langkah-langkah perhitungan FBS :
a.  Menghitung kapasitas produksi makanan dalam satu tahun (berasal dari persediaan/ cadangan, produksi dan import bahan makanan dari suatu wilayah
b.  Dikurangi dengan pengeluaran untuk bibit, eksport, kerusakan pascapanen dan transportasi, diberikan untuk makanan ternak dan untuk cadangan.
c.       Jumlah makanan yang ada tersebut dibagi dengan jumlah penduduk
d.      Diketahui ketersediaan makanan per kapita per
tahun

  1. Distribusi pangan
Hal-hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan distribusi pangan antara lain:
a.       Distribusi yang cepat dan lancar akan menjamin konsumsi pangan penduduk
b.      Transportasi dalam mengangkut hasil produksi perlu diperhatikan.
c.       Distribusi pangan dapat melalui pasar tradisional, warung,toko maupun Supermarket.

  1. Status Gizi penduduk
Status gizi menunjukkan keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan (intake) dan kebutuhan (requirement) zat gizi oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis: (pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya). Status gizi bayi dan balita merupakan indikator status gizi masyarakat. Status gizi bayi dan balita merupakan indikator status gizi masyarakat.
Macam-macam penilaian status gizi :
1.      Penilaian status gizi secara langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik
2.      Penilaian status gizi secara tidak langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu : Survei Konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.

B.     Membuat Rumusan Masalah
Masalah gizi adalah kesenjangan antara kondisi gizi di masyarakat dengan standar yang seharusnya.
Syarat rumusan masalah :

1. Harus menjelaskan 4W:What,Who,Where,When,+1 H: How
A.    Apa masalah gizi yang ada ? (WHAT)
Menjelaskan tentang masalah gizi yang ada bersifat Akut/ kronik, apakah terjadi seperti halnya trend di masa lalu dan apakah ada indikasi terjadi banyak masalah pada bulan tertentu.
B.     Siapa yang paling banyak terkena masalah gizi ? (WHO)
Kelompok khusus misalkan anak usia 1 – 3 tahun, balita, ibu hamil, ibu menyusui, WUS, Petani perempuan, nelayan perempuan dan lain-lain.
C.     Dimana Mereka Berada? WHERE
Menjelaskan dimana keberadaan masalah terebut, apakah daerah geografis khusus, daerah ekologis tertentu atau daerah dengan sosial ekonomi rendah seperti  Pegunungan, pantai kumuh
D.    Kapan?  When. Menjelaskan kapan terjadinya masalah gizi.
E.     Seberapa besar masalah gizi à How much prevalensi, insiden
Tahap :
1.      Hitung prevalensi, rata-rata, proporsi masalah gizi serta data yang lain
2.      Lihat trend dari waktu ke waktu
3.      Bandingkan dengan standar yang ada :
a.    Nasional, Regional, Provinsi
b.   Standar kesehatan masyarkat / gizi
















c.    Rangking dan tetapkan “Cut-Off Points”
d.   Buat peta masalah gizi
e.    Buat tabulasi silang dari indikator-indikator
f.    Gunakan uji statistik

2. Bersifat netral (Tidak mengandung uraian yang dapat diartikan sebagai hal menyalahkan orang lain, menggambarkan penyebab timbulnya masalah atau cara mengatasi masalah)


Contoh membuat rumusan masalah
  1. Sebanyak 10 % Balita di Kecamatan X mengalami gizi buruk karena petugasnya yang kurang mampu menjalankan tugasnya.

Rumusan masalah ini tidak baik, karena selain tidak menjelaskan bilamana masalah tersebut terjadi, juga mengandung uraian yang menyalahkan orang lain.
2. Sebanyak 10 % Balita di Kecamatan X mengalami gizi buruk, dan karena itu sebaiknya dilakukan program Pemberian Makanan Tambahan.
Rumusan masalah ini tidak baik, karena tidak menjelaskan bilamana masalah itu terjadi juga mengandung uraian tentang cara penyelesaian masalah

3.   Sebanyak 10 % Balita di Kecamatan X pada bulan September tahun 2010 mengalami gizi buruk
Rumusan masalah ini baik karena menjelaskan tentang
a.       Apa masalahnya? Masalah gizi buruk
b.      Siapa yang terkena ? Balita
c.       Dimana ? Di Kecamatan X
d.      Kapan ? Bulan September 2010
e.       Seberapa besar ? Ada 10 % yang terkena

C.    Mengidentifikasi Faktor Penyebab Masalah Kesehatan

Penyebab masalah gizi bersifat multi faktor/multi dimensi berkaitan dengan pertanian,  pendidikan, sosial ekonomi, lingkungan, kependudukan, politik dan ideology, swasta / industry. Menentukan kemungkinan berbagai penyebab masalah dilakukan melalui :

  1. Curah pendapat (brain storming) dengan membahas data yang dikumpulkan.
  2. Gunakan alat bantu diagram hubungan sebab-akibat (cause-effect diagram ) atau populer dengan sebutan diagram tulang ikan (fish bone diagram) atau bisa juga menggunakan pohon masalah
Perlu dilakukan pemeriksaan tentang kebenaran penyebab masalah (confirmation). Untuk itu, jika perlu lakukan pengumpulan data tambahan. Kemudian dilakukan uji statistic untuk mengidentifikasi penyebab masalah yang sebenarnya. Sisihkan daftar
penyebab masalah yang hasil uji statistiknya tidak bermakna.

Penentuan Akar Penyebab Masalah dengan Diagram Fishbone
Fishbone diagram akan mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek atau masalah, dan menganalisis masalah tersebut melalui sesi brainstorming. Masalah akan dipecah menjadi sejumlah kategori yang berkaitan, misalnya berdasarkan teori H. L. Blum (Perilaku, Lingkungan, Yankes, Genetik). Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming.
Langkah-langkah Pembuatan Fishbone
1.      Menyepakati pernyataan masalah
Sepakati sebuah pernyataan masalah. Pernyataan masalah ini diinterpretasikan sebagai “effect” atau secara visual dalam fishbone seperti “kepala ikan”. Contoh : masalah mengenai tingginya
2.      Mengidentifikasi kategori-kategori
a.   Dari garis horisontal utama, buat garis diagonal yang menjadi “cabang”. Setiap cabang mewakili “sebab utama” dari masalah yang ditulis. Sebab ini diinterpretasikan sebagai “cause” atau secara visual dalam fishbone seperti “tulang ikan”
b.  Kategori sebab utama mengorganisasikan sebab sedemikian rupa sehingga masuk akal dengan situasi. Jumlah kategori biasanya sekitar 4 – 6 kategori, misalnya menggunakan teori H. L. Blum (Perilaku, Lingkungan, Yankes, Genetik) atau juga bisa menggunakan pendekatan system.
3.      Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara brainstorming
a.    Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming. Gunakan data pada analisis situasi untuk memperkuat identifikasi kemungkinan penyebab
b.  Saat sebab-sebab dikemukakan, tentukan bersama-sama dimana sebab tersebut harus ditempatkan dalam fishbone diagram, yaitu tentukan di bawah kategori yang mana gagasan tersebut harus ditempatkan.
c.  Sebab-sebab ditulis dengan garis horisontal sehingga banyak “tulang” kecil keluar dari garis diagonal.
d.  Pertanyakan kembali “Mengapa sebab itu muncul?” sehingga “tulang” lebih kecil (sub-sebab) keluar dari garis horisontal tadi.
e.  Satu sebab bisa ditulis di beberapa tempat jika sebab tersebut berhubungan dengan beberapa kategori.

Menganalisis diagram fish bone
Analisis membantu kita mengidentifikasi penyebab yang menjamin pemeriksaan lebih lanjut.
Diagram fishbone ini hanya mengidentifikasi kemungkinan penyebab. Diagram pareto dapat
digunakan untuk membantu kita menentukan penyebab yang akan pertama kita fokuskan.
  1. Lihat keseimbangan diagram:
a.    Jika ada kelompok dengan banyak item pada suatu area dapat mengindikasikan perlunya pengkajian lebih lanjut
b.   Jika ada kategori utama dengan sedikit penyebab minor dapat mengindikasikan perlunya indentifikasi lagi penyebab minornya.
c.    Jika ada beberapa cabang kategori utama hanya memiliki sedikit sub cabang, mungkin kita perlu mengkombinasikannya dalam satu kategori.
  1. Cari penyebab yang muncul berulang, mungkin penyebab ini adalah penyebab akar
  2. Cari apa yang bisa diukur dari setiap penyebab sehingga kita dapat mengkuantitaskan hasil atau akibat dari setiap perubahan yang kita lakukan
  3. Dan yang terpenting, identifikasi penyebabpenyebab yang dapat diambil tindakan

      Contoh Diagram Fishbone tentang masalah Cakupan ASI Eksklusif Pada Bayi <6 bulan





Indikator Kemandirian Kader Posyandu dan Cara Mengukurnya


Kader  Posyandu  adalah  orang  dewasa,  baik  laki–laki  atau perempuan  yang  mau  bekerja  secara  sukarela  melakukan kegiatan–kegiatan kemasyarakatan kesejahteraan  lanjut  usia.

Tugas  kader  dalam  posyandu  lanjut  usia menurut Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia   (Komnas Lansia th 2010) antara  lain:  
  1. Mempersiapkan  sarana  dan  prasarana  yang  diperlukan pada  kegiatan  posyandu.
  2. Memobilisasi  sasaran  pada  hari  pelayanan  posyandu.
  3. Melakukan  pendaftaran  sasaran  pada  pelayanan posyandu  lanjut  usia
  4. Melaksanakan  kegiatan  penimbangan  berat  badan  dan pengukuran  tinggi  badan  para  lanjut  usia  dan  mencatatnya dalam  KMS  atau  buku  pencatatan  lainnya.
  5. Membantu  petugas  dalam  pelaksanaan  pemeriksaan kesehatan  dan  pelayanan  lainnya.
  6. Melakukan  penyuluhan  (  kesehatan,  gizi,  sosial,  agama dan  karya)  sesuai  dengan    minatnya.


Syarat menjadi kader :
  1. Diutamakan  berasal  dari  anggota  masyarakat  setempat
  2. Dipilih  oleh  masyarakat  sesuai  prosedur  setempat.
  3. Mau dan mampu bekerja  sukarela  
  4. Dapat membaca  dan  menulis
  5. Sabar dan  memahami  para  lanjut  usia.
  6. Jiwa  pelopor  pembaharuan  dan  penggerak  masyarakat  


Menurut Depkes RI (2000) ada dua peran kader yaitu :
A. Peran kader saat posyandu (sesuai dengan sistem lima meja) adalah:
  1. Melaksanakan pendaftaran (pada meja I).
  2. Melaksanakan pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan usila, penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan status mental (pada meja II).
  3. Membagikan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) (pada meja III).
  4. Memberikan penyuluhan (pada meja IV).
  5. Memberi dan membantu pelayanan yang dilakukan oleh petugas puskesmas (pada meja V).

B. Peran kader di luar posyandu adalah:
  1. Mengajak kelompok lansia untuk datang pada hari kegiatan posyandu.
  2. Menunjang upaya kesehatan lainnya yang sesuai dengan permasalahan yang ada, seperti pemberantasan penyakit menular, penyehatan rumah, pembersihan sarang nyamuk, pembuangan sampah, penyediaan sarana air bersih,menyediakan sarana jamban keluarga, pemberian pertolongan pertama pada penyakit, P3K dan dana sehat.



Indikator kemandirian :
  1. Mampu mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan pada kegiatan posyandu.
  2. Mampu menyampaikan  rencana  kegiatan  kepada  kantor  desa.
  3. Mampu memobilisasi sasaran pada hari pelayanan posyandu.
  4. Mampu melakukan pendaftaran sasaran pada pelayanan posyandu lanjit usia.
  5. Mampu  melaksanakan penimbangan berat badan para lanjut usia.
  6. Mampu melakukan pengukuran tinggi badan para lanjut usia.
  7. Mampu melakukan pengukuran tekanan darah para lanjut usia.
  8. Mampu mencatat hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan dalam KMS atau buku catatan lain.
  9. Mampu melakukan penyuluhan (kesehatan, gizi, sosial, agama dan karya) sesuai dengan minatnya.
  10. Mampu melakukan penyuluhan kesehatan perorangan berdasarkan KMS.
  11. Memindahkan  catatan-catatan  pada  KMS  lansia  ke  dalam  buku register  atau  buku  bantu  kader.
  12. Melakukan  evaluasi  hasil  kegiatan  dan  merencanakan  kegiatan  hari posyandu  lansia  pada  bulan  berikutnya.
  13. Melakukan  kunjungan  rumah  untuk  Penyuluhan  Perorangan  / sekaligus  tindak  lanjut  untuk  mengajak  lansia  untuk  datang  ke Posyandu  lansia  pada  kegiatan  bulan  berikutnya.
  14. Mampu mendokumentasikan kegiatan posyandu lansia.


Tabel Indikator Kemandirian, Definisi Operasional dan Cara Pengukuran


NO
INDIKATOR KEMANDIRIAN
DEFINISI OPERASIONAL
CARA PENGUKURAN
1
Mampu mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan pada kegiatan posyandu
1.    Kader mampu menyebutkan perlengkapan yang dibutuhkan untuk kegiatan posyandu
2.    Kader mampu menyiapkan/meletakkan perlengkapan yang dibutuhkan utk kegiatan posyandu

Wawancara Kuisioner

Observasi
2
Mampu menyampaikan  rencana  kegiatan  kepada  kantor  desa
Kader mampu menyampaikan rencana kegiatan (tempat, waktu dan agenda kegiatan) kepada pegawai kantor desa (wawancara)

Wawancara Kuisioner
3
Mampu memobilisasi sasaran pada hari pelayanan posyandu
1.    Kader lansia mampu membuat pengumuman/undangan kepada sasaran
2.    Kader lansia mampu menghubungi tokoh masyarakat untuk memobilisasi warga lansia untuk mengikuti posyandu lansia

Wawancara Kuisioner atau Observasi
Wawancara Kuisioner
4
Mampu melakukan pendaftaran sasaran pada pelayanan posyandu lanjit usia
Cara pengukuran :

1.    Kader menyiapkan buku pendaftaran peserta
2.    Kader mencatat nama jelas, alamat dan nomor kontak peserta kegiatan posyandu lansia
Observasi
Observasi
5
Mampu  melaksanakan penimbangan berat badan para lanjut usia
Kader mampu melakukan penimbangan berat badan para peserta sesuai dengan prosedur berikut ini :
1.    Kader menyiapkan dan meletakkan alat ukur di lantai yg datar dan keras
2.    Kader memastikan  alat  timbang  menunjukkan  angka  “00.00”  sebelum  melakukan penimbangan  dengan  menekan  alat  timbang  tersebut.
3.    Ketika  alat  timbang  sudah  menunjukkan  angka  00.00, kader mintalah  anak  tersebut untuk  berdiri di tengah-tengah  alat  timbang.
4.    Kader memastikan  posisi  badan  lansia dalam  keadaan  berdiri  tegak,  mata/kepala  lurus  ke arah  depan,  kaki tidak  menekuk. 
5.    Setelah  lansia berdiri  dengan  benar,  secara  otomatis  alat  timbang  akan menunjukkan  hasil  penimbangan  digital. 
6.    Kader meminta sasaran tersebut  untuk  turun dulu  dari  timbangan  dan  kader harus  segera  mencatat  hasil penimbangan  tersebut

Observasi
6
Mampu melakukan pengukuran tinggi badan para lanjut usia
Kader mampu melakukan pengukuran tinggi badan para peserta posyandu lansi dengan prosedur berikut :
1.    Menunjukkan posisi lansia yang akan diukur
2.    Menggabungkan bagian-bagian alat ukur (sesuai petunjuk), dan pasang alas alat ukur. Kemudian pasang kunci pengait alas alat ukur (besi berbentuk huruf U)
3.    Meletakkan alat ukur pada lantai atau permukaan yang datar Melepas Alas kaki , penutup kepala/topi atau topi/peci dari responden yang akan diukur
4.    Meminta lansia yang akan diukur diminta naik ke alas alat ukur dengan posisi membelakangi alat ukur
5.    Meminta lansia berdiri tegak pandangan lurus ke depan.
6.    MemPerhatikan titik lobang telinga dengan ujung mata harus membentuk garis imajiner yang tegak lurus terhadap dinding belakang alat ukur.
7.    Memperhatikan, dinding belakang alat ukur harus berada ditengah to Kepala, bahu, punggung pantat dan tumit menempel di dinding alat ukur. Bila ini tidak mungkin minimal 3 bagian yang menempel di dinding alat ukur Posisi pengukur berada di depan yang diukur.
8.    Menggerakan alat geser sampai menyentuk kepala, tidak terlalu ditekan. Bagian belakang alat geser hams menempel rapat pada dinding belakang alat ukur Bila angka tinggi badan dibaca dari arah depan:
9.    Membaca angka skala pada jendela baca yang terletak pada bagian depan alat geser tepat di garis berwarna merah. Bila angka tinggi badan dibaca dari skala yang terletak disamping: membaca angka yang terletak di bagian bawah alat geser

Observasi
7.
Mampu melakukan pengukuran tekanan darah para lanjut usia
Kader mampu melakukan pengukuran tinggi badan para peserta posyandu lansi dengan prosedur berikut:
1.    Membantu  peserta ke posisi yang nyaman dengan lengan tersokong dan telapak tangan menghadap keatas.
2.    Membuka lengan baju dan digulung.
3.    Meletakkan tensimeter sejajar dengan jantung.
4.    Memasang manset tensimeter pada lengan atas 2-3 cm diatas vena cubiti dengan pipa karet berada di bagian luar lengan. Manset dipasang tidak terlalu kencang atau terlalu longgar.
5.    Menempatkan bagian telinga stetoskop ke dalam telinga dan pastikan bunyi terdengar jelas dan tidak samar.
6.    Meraba denyut arteri brachialis lalu stetoskop ditempatkan pada daerah tersebut.
7.    Menutup skrup balon karet, pengunci raksa dibuka. Selanjutnya balon dipompa diatas sistolik normal klien. Bila tidak mengetahui tekanan sistolik normal klien, tekan arteri radialis klien  sampai denyut nadi arteri radialis tidak terdengar lagi dan air raksa di dalam pipa gelas naik.
8.    Membuka skrup balon perlahan-lahan sehingga air raksa turun perlahan-lahan. Sambil memperhatikan turunnya air raksa, dengarkan bunyi denyutan pertama dan terakhir.
9.    Proses selesai, kempiskan manset dan rapikan lansia.

Observasi
8
Mampu mencatat hsail pengukuran tinggi badan dan berat badan dalam KMS atau buku catatan lain
Kader menuliskan hasil pengukuran tinggi badan, berat badan dan tekanan darah pada KMS dengan benar

Observasi
9
Mampu melakukan penyuluhan (kesehatan, gizi, sosial, agama dan karya) sesuai dengan minatnya.
Kader mampu melakukan penyuluhan (kesehatan, giz, sosial, agama dan karya) sesuai dengan minatnya

Observasi
10
Mampu melakukan penyuluhan kesehatan perorangan berdasarkan KMS
Kader mampu melakukan penyuluhan kesehatan berkaitan dengan hasil pengukuran tinggi badan, berat badan, tekanan darah maupun keluhan-keluhan yang dirasakan oleh peserta posyandu lansia

Observasi
11
Memindahkan  catatan-catatan  pada  KMS  lansia  ke  dalam  buku register  atau  buku  bantu  kader.
Kader mampu memindahkan catatan-catatan pada KMS Lansia ke dalam buku register atau buku bantu kader dengan benar

Observasi
12
Melakukan  evaluasi  hasil  kegiatan  dan  merencanakan  kegiatan  hari posyandu  lansia  pada  bulan  berikutnya.
Kader mengevaluasi kegiatan posyandu dan merencanakan rencana pelaksanaan (hari, tanggal, waktu, agenda) posyandu di bulan berikutnya
Wawancara kuisinoer dan observasi


13
Melakukan  kunjungan  rumah  untuk  Penyuluhan  Perorangan  / sekaligus  tindak  lanjut  untuk  mengajak  lansia  untuk  datang  ke Posyandu  lansia  pada  kegiatan  bulan  berikutnya

Kader melakukan kunjungan rumah untuk penyuluhan perorangan sebagai tindak lanjut hasil pengukuran dan keluhan yang dirasakan pada saat kegiatan posyandu lansia. Kemudian mengajak lansia tersebut untuk  datang ke posyandu lansia pada kegiatan bulan berikutnya.
Wawancara kuisioner
14
Mampu mendokumentasikan kegiatan posyandu lansia
Kader mampu membuat dokumentasi setiap kegiatan posyandu lansia dan mengarsipnya


Observasi